Hari
ini hujan rintik-rintik. Langit cerah hilang disapu awan hitam dan terpaan
angin menembus celah-celah sempit, menyelimuti tubuh ini dengan perasaan dingin
yang menusuk. Hatiku menangis, sampai kapan semua ini akan terjadi? Meskipun
aku tau semua pasti akan berakhir.
Begitu pula rasa ini. Aku hanya bisa berharap tetesan hujan mampu membasahi
hatiku yang gersang dan menumbuhkan kebahagiaan yang saat ini masih tertutup
tebalnya pasir kebingungungan.
Waktu
terus berlalu dan aku masih dalam zona nyamanku sendiri. Hingga akhirnya aku
tau perjuangan itu harus aku lakukan. Melepaskan diri dari berlenggu
kepasrahan. Aku harus berjuang. Berjuang untuk mendapatkan apa yang aku
inginkan. Meski itu sulit, bahkan sangat sulit untuk aku jalani. Seorang gadis
SMA yang masih belum mempunyai cita-cita.
Saat
itu hari sangat cerah, tapi tidak sebading dengan rasa didalam hatiku. Aku
“galau”. Ya sebutan untuk orang-orang yang diselimuti rasa bimbang dan
keragu-raguan. Itu lah yang aku rasakan. Kenapa? Pertanyaan yang sangat sulit
aku jawab. Bahkan sampai saat ini, saat aku menulis cerita ini dibawah tetesan
hujan, aku masih bingung. Apa yang harus aku lakukan?
Saat
itu aku bagai seseorang yang berdiri didekat halte, menunggu kedatangan bus
dengan resah. Terlihat ada beberapa orang dengan pakaian rapi dan sangat
elegan. Mereka seusiaku. Dengan perlengkapan yang lengkap, mereka menunggu
dengan tenangnya. Akhirnya bus pertama tiba. Beberapa dari mereka mencoba
masuk, meskipun hanya ada 1 pintu yang terbuka. Mereka tetap berusaha dengan
keras. Pada akhirnya hanya beberapa diantara mereka yang berhasil. Dengan
senyum bangga dan lambaian tanyannya mereka pergi meninggalkan halte itu.
“Tidak!
Aku masih punya harapan. Masih ada bus selanjutnya aku harus bisa menaikinya.”
Terdengar
beberapa orang berseru. Semangat mereka begitu membara. Tak ada rasa takut,
bimbang apalagi keluhan. Mereka sunggu orang-orang yang tangguh. Tapi ada apa
ini? Tidakkah mereka takut akan gagal kembali, untuk yang kedua kalinya?
Mengapa mereka begitu percaya diri? Aku bingung. Hatiku terus saja meronta. Tak
mengerti dengan semua ini.
Beberapa
menit kemudian, nampak cahaya terang dari ujung jalan. Semakin lama cahaya itu
semakit terang. Dengan suara riuh dan hentakan kaki yang begitu cepat cahaya
itu mendekat. Bus kedua telah tiba. Begitu pula puluhan orang yang berlari
mengikuti bus itu agar bisa menaikinya. Persaingan menjadi semangin sengit.
Hanya tersisa beberapa tempat untuk mereka. Tidak untuk semuanya. Lagi-lagi
tersisa beberapa orang yang kurang beruntung. Sementara mereka yang lainnya,
tentu sudah berada didalam bus yang nyaman dengan fasilitas lengkap ala hotel
bintang lima.
“Aku
akan menunggu lagi. Pasti kali ini aku bisa lolos.”
“Alah,
masa bodoh aku mau pulang saja! Sia-sia aku menunggu disini tapi apa? Aku hanya
membuang-buang waktu.”
“Tidak,
aku gagal lagi, bagaimana ini. Apa yang harus aku katakan pada orang tuaku?
Mereka pasti telah menungguku. Ibu... ”
“Aku
lelah,,,” “ Ya aku juga. Semuanya percuma!”
Kenapa?
Apa yang terjadi? Secepat inikah? Dan sekarang mereka menyerah. Setelah semua
yang telah dilakukan. Pengorbanan mereka dan sekarang apa? Aku sungguh tak mengerti. Dalam hitungan
menit, tidak bahkan detik semua bisa berubah begitu saja. Semangat mereka yang
tadinya menggebu-gebu kini hilang sudah.
Sungguh ironis.
Hal itu kembali mengingatkanku akan hujan yang
turun tempo hari. Tetesan demi tetesannya mampu membasai tanah gersang nan
kering. Dan aku baru menyadarinya sekarang.
Perjuangan mereka, orang-orang yang ingin memasuki bus itu, sama seperti
aku. Perjuanganku untuk bisa mencapai
cita-citaku. Sekarang aku tau saat
ini aku masih diberikan waktu untuk
berfikir. Memantapkan diri. Karena perjuanganku sesungguhnya belum dimulai. Semua hanya bisa aku ketahui setelah aku
berada di situasi yang sama seperti mereka.
Namun untuk mereka yang gagal, apa sebenarnya yang terjadi? Apa yang
salah dari mereka?
By:
Nopy Ariani
0 komentar:
Post a Comment